TEMUANRAKYAT.COM-Uni Eropa (UE) telah mengimbau 450 juta warganya untuk menyiapkan persediaan kebutuhan pokok yang cukup untuk setidaknya 72 jam. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya risiko perang, serangan siber, perubahan iklim, dan ancaman penyakit.
Langkah Kesiapsiagaan Uni Eropa
Komisaris Uni Eropa untuk Manajemen Krisis, Hadja Lahbib, pada Rabu (26/3/2025) menyatakan bahwa peringatan ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk meningkatkan kesiapan sipil di seluruh negara anggota UE.
Meskipun tidak secara langsung menyebut Rusia, Lahbib menyoroti bahwa konflik yang berlangsung di Ukraina menjadi ancaman bagi stabilitas dan keamanan di Eropa.
“Selama tiga tahun terakhir di Ukraina, kita telah menyaksikan pertempuran yang melibatkan bom, peluru, drone, pesawat tempur, parit, dan kapal selam. Situasi ini secara langsung mengancam keamanan kita di Eropa,” ungkapnya.
Ancaman dari Rusia dan Kekhawatiran Negara-Negara UE
Sejumlah negara anggota UE, termasuk Prancis, Polandia, negara-negara Baltik, dan Finlandia, secara konsisten menyebut Rusia sebagai ancaman signifikan bagi keamanan regional. Mereka menuduh Moskow terlibat dalam serangan siber, kampanye disinformasi, serta upaya campur tangan dalam politik domestik negara-negara Eropa.
Negara-negara ini juga menganggap konflik di Ukraina sebagai bukti dari perilaku agresif Rusia yang berpotensi menimbulkan ancaman militer langsung terhadap blok UE.
Sebaliknya, Moskow terus membantah tuduhan tersebut dan menegaskan tidak memiliki niat untuk menyerang negara-negara anggota NATO atau UE. Presiden Rusia, Vladimir Putin, bahkan menyebut klaim tersebut sebagai “omong kosong” yang bertujuan menakut-nakuti warga Eropa dan memperbesar anggaran militer.
Mengapa Persiapan Ini Diperlukan?
Lahbib menegaskan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat tanpa menciptakan kepanikan.
“Kami ingin masyarakat siap menghadapi keadaan darurat, bukan takut. Kesiapsiagaan bukanlah bentuk ketakutan, tetapi merupakan langkah rasional di tengah ketidakpastian,” jelasnya.
Sebagai bagian dari strategi ini, UE merekomendasikan rumah tangga untuk menyimpan persediaan penting seperti: Makanan yang tahan lama, Air minum kemasan, Senter dan baterai cadangan, Perlengkapan pertolongan pertama, Dokumen penting dan Radio gelombang pendek untuk komunikasi darurat jika terjadi pemadaman listrik
Selain itu, UE berencana membangun cadangan strategis untuk berbagai sumber daya utama, termasuk: Armada pesawat pemadam kebakaran, layanan transportasi medis dan Rumah sakit keliling, peralatan pelindung untuk insiden kimia, biologi, radiologi, dan nuklir dan meningkatkan Kesiapan di Seluruh Uni Eropa
Lahbib menekankan bahwa ancaman yang dihadapi Eropa saat ini lebih kompleks dan saling terkait.
“Dari konflik bersenjata di perbatasan hingga bencana akibat perubahan iklim, UE harus siap menghadapi berbagai kemungkinan yang tidak terduga,” tegasnya.
Langkah ini sejalan dengan kebijakan pertahanan sipil yang telah lama diterapkan di beberapa negara Eropa, seperti Finlandia dan Swedia. Kedua negara ini memiliki sistem kesiapsiagaan yang lebih mapan, termasuk pedoman darurat bagi warganya.
Sebagai contoh, Swedia baru-baru ini memperbarui buku pedoman nasionalnya berjudul “Jika Krisis atau Perang Datang”, yang kini mencakup panduan menghadapi ancaman nuklir dan serangan siber.
Rencana Uni Eropa ke Depan
Sebagai bagian dari strategi ini, UE juga akan mendirikan pusat krisis di tingkat regional. Pusat ini akan berfungsi untuk mengoordinasikan respons lintas batas serta memastikan kelangsungan layanan penting seperti: Sistem perawatan kesehatan, Pasokan energi dan Infrastruktur telekomunikasi
Langkah ini menegaskan keseriusan UE dalam menghadapi berbagai potensi ancaman yang dapat mengganggu stabilitas kawasan.
Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik dan tantangan global lainnya, kesiapan menjadi kunci utama dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat Eropa.