Menu

Mode Gelap
 

Hukum · 28 Jul 2025 14:54 WIB ·

Milenial Indonesia Soroti Rangkap Jabatan Wakil Menteri sebagai Komisaris BUMN


 Milenial Indonesia Soroti Rangkap Jabatan Wakil Menteri sebagai Komisaris BUMN Perbesar

TEMUANRAKYAT, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Milenial Indonesia, Fariski Adwari, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap fenomena rangkap jabatan Wakil Menteri (Wamen) sebagai Komisaris BUMN yang kian marak terjadi. Menurutnya, praktik ini bukan hanya problematik secara etis dan moral, tetapi juga menyimpan tiga persoalan serius yang berdampak langsung pada efektivitas pemerintahan dan kepercayaan publik.

“Ketika seorang pejabat publik seperti Wamen menjabat sebagai komisaris BUMN, sangat mungkin terjadi tumpang tindih kepentingan. Ia menjadi pengambil kebijakan sekaligus pengawas korporasi yang berada di bawah pengaruh negara. Ini jelas membuka ruang konflik kepentingan yang tidak sehat,” tegas Fariski dalam keterangan resminya, Minggu (27/7/2025).

Hal ini bertentangan dengan semangat good governance dan prinsip pemisahan kewenangan yang seharusnya dijaga dalam tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

Milenial Indonesia juga mempertanyakan efektivitas kinerja pejabat yang merangkap jabatan strategis, apalagi keduanya menyangkut kepentingan negara dan publik. Fariski menyoroti bagaimana mungkin seorang wakil menteri dapat menjalankan tugas kementerian secara optimal jika pada saat yang sama harus mengelola tanggung jawab sebagai komisaris.

“Menjadi Wamen saja itu pekerjaan penuh waktu. Lalu bagaimana bisa membagi waktu, fokus, dan energi ke BUMN sekaligus? Bukannya memperkuat institusi, justru berpotensi membuat keduanya lemah karena terbagi perhatian,” ujar Fariski.

Lebih lanjut, Fariski menyoroti bahwa banyak wakil menteri yang diangkat bahkan tidak berasal dari bidang keahlian yang relevan, baik di kementerian tempat mereka ditugaskan maupun di BUMN yang mereka duduki sebagai komisaris.

“Kalau di kementerian saja tidak sesuai bidangnya, lalu ditambah jadi komisaris di perusahaan negara yang juga bukan bidangnya, hasilnya bisa jadi dua kali tidak kompeten. Ini sangat berisiko dan tentu tidak adil bagi publik yang menuntut hasil kerja nyata, bukan jabatan politik simbolik,” tegasnya.

Milenial Indonesia melalui Sekjen Fariski Adwari menegaskan bahwa reformasi jabatan publik harus menjadi prioritas ke depan, terutama menjelang pemerintahan baru. Rakyat membutuhkan pejabat publik yang kompeten, fokus, dan bersih dari konflik kepentingan bukan pengumpul jabatan.

“Kami tidak anti pada profesional yang ingin mengabdi untuk negara. Tapi jabatan publik bukan ajang titipan atau bonus politik. Harus ada batasan yang tegas dan aturan yang ditegakkan,” pungkas Fariski.

Artikel ini telah dibaca 22 kali

Baca Lainnya

AGMPH Soroti Rakernas dan Evaluasi Haji Kemenag: Harusnya Bukan Jadi Ajang Nyanyi tapi Ajang Introspeksi

29 Juli 2025 - 02:09 WIB

Pakar Hukum: Kejagung Bisa Kaji Ulang Kasus Emas Palsu PT Antam

28 Juli 2025 - 19:37 WIB

KAI Raih 8 Penghargaan Internasional di Contact Center World Asia Pacific Awards 2025

27 Juli 2025 - 19:15 WIB

Tanpa Teguran, Langsung Dipecat! Akhmad Rasul Bongkar Kejanggalan Dewan Pendidikan Sampang

22 Juli 2025 - 19:59 WIB

Firdha Wakili Tangsel dalam Program Volunteer Internasional di Malaysia

21 Juli 2025 - 00:42 WIB

Mahasiswa Jambi di Jakarta Bahas Perdagangan Digital dan Masa Depan Ekonomi Nasional

20 Juli 2025 - 21:40 WIB

Trending di News