/1/
Aku ingin menikahkan hijau dedaunan yang tumbuh dengan langit biru yang bersinar, dimana keduanya tak usah-payah menjadi bagian dari bapak dan ibuku. Tapi tidak ada keharmonisan semacam itu, ujar batu karang laut lepas dan daun-daun yang sembarang tumbuh.
/2/
Aku ingin segera pergi ke rahim ibu lagi, untuk merasakan kasih sunyi yang memalsukan dirinya lewat sepi.
Aku ingin segera datang ke pangkuan sang ilahi, untuk merasakan cinta yang alami dari naluri.
/3/
Kita sama-sama memiliki kaki,
Tapi bukan berarti paling pandai berjalan saling mendahului.
Bahkan ketika kau memakai alas kaki, kita sedang tidak kemana-mana.
Santai saja, nikmati waktu milikmu sendiri dan kemudian kembali memikirkan bagaimana caranya melipat-lipat waktu itu (lagi).
/4/
Bergegas mencari arti temui kosong ideologi,
Mencabik-cabik tradisi mengunyah modernisasi.
/5/
Stagnan bersandar memaknai kebebasan,
Fluktuasi menuju pembungkaman.
Sadar diri kau insan cendekia,
Berhentilah berlomba-lomba membunuh peradaban.
/6/
Kematian tradisi diindahkan sebagai revolusi,
Resolusi tahun lalu tak terinterpretasi.
Apa yang dikejar sahabatku?
Keserakahan atau budaya kutu buku.