TEMUANRAKYAT, BANGKALAN – Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang UMKM dan industri kreatif kabupaten bangkalan, Allyvia Camelia, melakukan kunjungan ke salah satu sentra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telur asin di Desa Gili Barat, Kecamatan Kamal, Bangkalan Selasa (18/6/2025).
Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung proses produksi, berdialog dengan pelaku UMKM, serta memberikan dukungan dan masukan demi pengembangan usaha.
Setibanya di lokasi, Allyvia Camelia disambut hangat oleh pemilik dan para pekerja UMKM telur asin setempat. Beliau menyempatkan diri meninjau setiap tahapan produksi telur asin, mulai dari pemilihan bahan baku, proses pengasinan, hingga pengemasan produk akhir.
Dalam kesempatan tersebut, Allyvia Camelia menunjukkan antusiasme terhadap kualitas produk dan semangat kewirausahaan yang ditunjukkan oleh para pelaku UMKM.
Allyvia Camelia mengatakan kekagumannya terhadap dedikasi dan inovasi yang dilakukan oleh UMKM telur asin di Gili Barat. Produk telur asin dari Gili Barat ini memiliki potensi yang sangat besar, baik dari segi rasa maupun kualitas.
Kami di Kadin Bangkalan sangat mengapresiasi upaya keras para pelaku UMKM dalam menjaga tradisi sekaligus meningkatkan nilai tambah produk lokal, kata Allyvia Camelia yang akrab disapa Allyvia saat dimintai keterangan oleh temuan rakyat (19/6).
“Potensi seperti ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Kita harus dorong bersama, dari sisi legalitas, branding, hingga distribusi agar produk desa bisa punya daya saing nasional bahkan global,” tambah Allyvia.
Dalam sesi dialog, wakil kadin Bangkalan juga mendengarkan langsung berbagai tantangan yang dihadapi oleh UMKM, seperti keterbatasan alat produksi misalnya belum adanya alat pembersih otomatis, sehingga masih mengandalkan kawat manual masyarakat tetap berpegang pada semangat gotong royong, pemasaran yang masih terbatas di wilayah Kecamatan Kamal tidak menjadi hambatan, melainkan dijadikan batu loncatan menuju pengembangan skala yang lebih luas.
Usaha telur asin ini bermula pada tahun 2024 dari inisiatif warga yang kemudian didukung penuh oleh pemerintah desa. Saat ini, kelompok peternak lokal memelihara sekitar 250 ekor bebek dan mampu memproduksi sekitar 200 butir telur asin setiap 10 hari.
Proses pengasinan dilakukan secara tradisional melalui perendaman telur dalam campuran batu bata dan garam selama 10 hari. Salah satu keunggulan utama produk ini adalah fleksibilitas rasa tingkat keasinan bisa disesuaikan sesuai permintaan konsumen.
Harga jual berkisar antara Rp3.300 hingga Rp3.500 per butir, tergantung ukuran dan tingkat rasa, dan telur yang mentah yang tidak digunakan untuk produksi telur asin tetap dimanfaatkan dan dijual ke pelaku usaha lain seperti penjual martabak, lalu hasilnya digunakan untuk membeli pakan bebek.
Allyvia berharap produk Telur Asin Gili Barat mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak, termasuk pemerintah kabupaten (Pemkab) dan sektor swasta, agar bisa dioptimalkan menjadi bagian dari rantai pasok UMKM Kabupaten Bangkalan.
Produk ini bukan hanya simbol kemandirian ekonomi desa, tetapi juga bukti bahwa jika masyarakat diberi ruang dan dukungan, mereka mampu menghadirkan inovasi unggulan dari desa untuk Indonesia bahkan untuk dunia, tutup Allyvia.
